Jumat, 29 Juli 2011

22 Juta Pemakai Internet di Indonesia; Mengapa Belum Menguntungkan?


Sebulan lalu diberitakan pengguna internet di Indonesia mencapai 22 juta orang. Angka itu hampir mendekati 10% dari jumlah penduduk Indonesia. Penduduk Indonesia saat ini berjumlah kurang 240 juta. Ya, dengan potensi jumlah penduduk yang begitu besar, membuat potensi dalam berbagai bidang menjadi besar pula.

Banyaknya pengguna internet membuat Indonesia menjadi pemakai facebook terbanyak. Secara kepentingan ekonomis, Mark Suckerberg, pemilik Facebook, tentu melihat Indonesia adalah pasar yang amat menggiurkan. Mark akan makin pede meng-klaim bahwa Facebook adalah jejaring sosial dengan pemakai terbanyak di dunia. Kalau saja Cina tidak memblokir Facebook, posisi Indonesia akan tergusur Cina.

Pengguna internet semakin banyak dengan adanya situs jejaring sosial. Hal ini membuktikan bahwa pendorong (driver) pasar, sekali lagi, adalah gaya hidup. Promosi, inovasi, fungsi, teknologi dll memang berperan dalam pemasaran, namun gaya hiduplah yang menjadi pendorong terkuat.

Bisnis Dunia Maya

Akhir 1999-an dan wal tahun 2000-an bisnis “dot com” menjadi primadona. Silicon Valley di California – sebuah kawasan industri internet – menjadi icon boomingnya bisnis dunia maya. Banyak didirikan perusahaan-perusahaan baru yang berkaitan dengan dunia maya dan “boss-boss”-nya pun masih relatif muda dan energik. Namun, sekarang, Silicon Valley telah melewati masa kejayaannya. Jangankan, Silicon Valley, google dan yahoo saja, kita tahu, beberapa waktu yang lalu telah mengurangi jumlah karyawannya karena situasi ekonomi yang tak terlalu baik.

Ya, dunia maya memiliki “gaya” yang berbeda dalam dunia nyata. Di sana ada kebiasaan dan realitas yang berbeda, sehingga hukum ekonomi kadang mengalami anomali. Ya, dunia maya memang area bisnis yang menguntungkan. Namun, kenapa tidak banyak jutawan yang lahir dari bisnis internet?

Yang kita lihat hanya janji-janji – mirip kampanye- tentang “dapet duit instan”, “dolar gratis” dll. Dan kalau saya buka lagi iklan-iklan beberapa tahun lalu tentang “duit instan”, “pay per click”, “dolar gratis”, “browsing dapet duit” dll, link-link dan website-website yang direferensikan sudah ditutup atau sedang dijual. Na lho…!

Mengapa Ini Terjadi?

  1. Semua Orang Berpikir Sama

Pendorong (driver) orang-orang menggunakan internet adalah (a) mencari informasi, (b) bisnis. Sayangnya, semua orang berpikir bisnis dan menjual di dunia maya. Tidak ada yang memposisikan sebagai konsumen dalam pengertian tradisional. Semua orang ingin instan, mudah dan bermalas-malasan tapi dapat uang. Padahal meski, bisnis dunia maya adalah bisnis yang inovatif namun ada prinsip-prinsip tradisional yang masih berlaku.

  1. Inovatif Tapi Tradisional

Dalam buku “Blue Ocean Strategy” disebutkan, bisnis abad 21 membuka lapangan-lapangan baru yang tak terbayangkan di tahun 80-an bahkan di tahun 90-an. Ya, telpon seluler, internet, kurir antar negara, franchise kedai kopi, franchise makanan cepat saji, franchise retail adalah bisnis-bisnis yang baru berumur kurang dari 15 tahuan-an

Dan bisnis dunia maya – yang penuh inovasi ini– juga masih terikat dengan prinsip-prinsip tradisional. Antara lain :

    • Pasar harus dibangun dan dijaga. Tidak ada yang disebut instan dan bisa kita tinggal tidur. Selalu harus dijaga untuk kelangsungan hidup jangka panjang.

    • Kerja keras. Tidak ada yang hanya bermodal meng-klik mouse dan sukses. Anda harus belajar, bertanya, mengalami kerugian, memperbaiki dan terus bergerak untuk terus survive.

    • Background bisnis tradisional. Yahoo, amazon, dan e-bay punya background tradisional yang kuat. Dan para eksekutif atau pekerjanya tidak hanya duduk seharian di belakang komputer.

Yahoo, punya jaringan dengan media-media berita tradisional diseluruh dunia. Dari mulai AFP, Reuter, hingga media lokal seperti kompas dll

Amazon dan e-bay, mereka berhasil mengumpulkan orang-orang (individu) yang ingin menjual barang-barang (pribadi) secara online dari seluruh dunia. Tidak mungkin sebuah perusahaan besar menjual produknya hanya via amazon atau e-bay, karena memang dari segi kuantitas penjualan tidak akan signifikan. Basis mereka perusahaan-perusahaan itu tetap pasar tradisional. Pengecualian untu industri musik.

  1. Daya Dukung Pasar

Pengguna internet mungkin ratusan juta yang online tiap hari. Namun, berapa yang menggunakan internet untuk melakukan aktivitas ekonomi tradisional? Misalnya, beli baju, beli motor, beli makanan atau beli arloji secara online.

Memang ada yang melakukannya, tapi mereka adalah orang super kaya, yang sibuk, keranjingan internet. Karena membeli ke mall tentu saja lebih murah, apalagi bersama keluarga. Berapa jumlah orang kaya seperti ini? Kalau pun ada, berapa lama mereka akan mempertahankan “gaya belanja” seperti ini?

thumbnail
Judul: 22 Juta Pemakai Internet di Indonesia; Mengapa Belum Menguntungkan?
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh

Artikel Terkait :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2013. About - Sitemap - Contact - Privacy
Template Seo Elite oleh Bamz